INFOBEDEBIS edisi kuliner kali ini diadakan dalam rangka kegiatan Festival Kuliner sebagai pre-event dari Kampoeng MUSI 2019 pada tanggal 29 Maret 2019 lalu. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan kuliner khas Sumatera Selatan dengan menyediakan dan menjual beberapa makanan ini ke mahasiswa ITB dan juga umum. Makanan yang disajikan adalah pempek kapal selam, pempek campur, tekwan, laksan, celimpungan, es kacang merah, kue maksuba, kue 8 jam, dan kemplang. Mari kita bahas satu per satu.
Kelesan
Pada masa Kesultanan Palembang, pempek disebut kelesan. Kelesan adalah panganan adat di dalam Rumah Limas yang mengandung sifat dan kegunaan tertentu. Dinamakan kelesan juga karena makanan ini dikeles atau tahan disimpan lama,” ucap pemerhati sejarah Palembang, KMS H Andi Syarifuddin, dilansir dari KompasTravel pada Rabu (13/2/2019). Menurut Andi, pempek dijual secara komersial saat zaman kolonial. Warga Tionghoa pun menjadi salah satu penjual pempek yang didapat dari masyarakat Palembang. Tercatat pada tahun 1916, pempek mulai dijajakan dengan penjual yang berjalan kaki dari kampung ke kampung, khususnya di kawasan keraton (Masjid Agung dan Masjid Lama Palembang). Lantas dari mana nama pempek berasal, jika nama aslinya asalah kelesan? Uniknya, nama pempek berasal dari sebutan pembeli kepada penjual kelesan. “Empek adalah sebutan bagi orang Tionghoa yang menjajakan kelesan. Para pembeli yang biasa membeli kelesan, dan rata-rata anak muda. sering memanggil penjual kelesan dengan kalimat, ‘Pek, empek, mampir sini!’,” ungkap Andi. Dari sebutan inilah akhirnya panggilan pempek lebih populer dari kelesan. Nama pempek bahkan bertahan hingga saat ini.
Kapal selam
Pempek memiliki beragam variasi seperti pempek telur, pempek lenjer, pempek kulit, pempek adaan, pempek keriting, dan pempek kapal selam. Eits, kapal selam disini bukan berarti suatu kendaraan di bawah air ya tapi salah satu jenis pempek yaitu pempek yang menyerupai kantung dengan isian telur di dalamnya. Sebenarnya, pempek kapal selam memiliki nama sebutan lain yaitu pempek telok besak. Pempek telok besak berarti pempek telur besar karena ukurannya yang lebih besar dan juga isian telur yang lebih banyak.
“Pempek kapal selam merupakan nama sebutan yang relatif baru. Orang Palembang dulu menyebutnya pempek telok besak,” kata pemerhati sejarah Palembang, KMS H Andi Syarifuddin saat dihubungi KompasTravel, Senin (3/4/2017). Menurut M Arifin Lubis, koki Hotel Aryaduta Palembang, jenis pempek itu disebut kapal selam karena berhubungan dengan salah satu proses saat memasak pempek. “Saat proses merebus, pempek ini jatuh ke dalam (air rebusan) bentuknya juga lebih besar. Pempek ini tenggelam, makanya disebut kapal selam. Padahal tidak ada hubungan apa-apa dengan besi,” kata Arifin saat dihubungi KompasTravel, Jumat (17/3/2017). Keahlian serta takaran yang pas dibutuhkan dalam membuat pempek karena rentan bocor jika tidak tepat. Pempek yang sudah diadon lalu direbus. Setelah direbus, pempek bisa digoreng agar menghasilkan rasa yang lebih gurih.
Model dan tekwan
Model dan tekwan sama-sama makanan turunan dari pempek namun diberi kuah. Keduanya hampir mirip namun terdapat sedikit perbedaaan dari bentuknya. Tekwan sudah dibentuk kecil-kecil asimetris dari adonan awal sedangkan model dibentuk menyerupai pempek yang kemudian dipotong kecil-kecil. Kuah yang digunakan bisa kuah kaldu udang untuk memperkuat rasa dan biasanya dilengkapi soun dan jamur kuping. Berdasarkan bahan dasarnya, model terbagi menjadi dua yaitu Model Ikan dan Model Gandum.
Celimpungan dan Laksan
Tampilan laksan sekilas mirip lontong sayur karena kuahnya berwarna oranye. Isian laksan mirip pempek lenjer yang dipotong persegi panjang, tanpa digoreng. Laksan terbuat dari tepung sagu dan ikan. Jenis ikan yang dipakai bisa belida, gabus, tenggiri, atau kakap. Potongan laksan lalu direndam dalam kuah santan berbumbu rempah. Ada pemakaian laos atau lengkuas, kemiri, jahe dan ketumbar. Cabe merah turut ditambahkan sesuai selera untuk menentukan rasa pedas. Jika potongan laksan persegi panjang, maka celimpungan bentuknya bola/oval dengan diameter sekitar 10 cm.Celimpungan dibuat dari tepung sagu dan ikan Kuahnya yang berwarna kuning cerah diracik dari beragam bumbu termasuk kunyit, kemiri, ketumbar, dan laos. Ada juga yang menambahkan kapulaga atau cengkeh agar rasa celimpungan lebih berempah. (www.food.detik.com)
Sanjo= Kue maksuba + Kue 8 jam
Sanjo adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat Sumatera Selatan yang berarti mengunjungi rumah sanaksaudara maupun tetangga sekitar saat acara tertentu misalnya lebaran. Kue maksuba dan 8 jam termasuk hidangan yang selalu hadir di meja rumah-rumah masyarakat Palembang saat lebaran. Pembuatan kue ini perlu kesabaran ekstra karena kue 8 jam sesuai namanya butuh waktu 8 jam dalam pembuatannya sehingga dihasilkan warna kecoklatan sedangkan kue maksuba dibuat lapisan demi lapisan sehingga dihasilkan warna coklat kekuningan. Adapun di masa lalu kue 8 jam hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan Palembang. Namun sekarang siapa saja bisa menikmatinya, terutama pada acara besar seperti lebaran sebagai ajang untuk sanjo dari satu rumah ke rumah lainnya.
Es Kacang Merah
Es ini menggunakan kacang merah sebagai bahan baku utama. Dengan tambahan parutan es dengan campuran sirup merah atau cocopandan. Kekhasan rasa kacang merahnya yang membuat es ini terasa beda di lidah. Rasanya begitu unik, enak, manis, gurih dan lembut. Kacang merah dengan kualitas unggul jadi penentu enak atau tidaknya es ini. Melansir satujam.com (28/5/2015), selain segar, es kacang merah juga memiliki banyak manfaat misalnya untuk menangkal radikal bebas, menyehatkan pencernaan, mengoptimalkan fungsi otak, meningkatkan energi tubuh dan masih banyak lagi.